WAJIB DIBACA: Buat Yang Mengalami KAKI GELISAH Saat Malam Hari Sebelum Tidur

Apakah anda sering merasa tidak nyaman, pegal atau kebas-kebas di kaki anda pada malam hari ketika tidur? Apakah gangguan-ganguan ini menghilang bila anda bangkit dari tempat tidur dan mulai berjalan-jalan, namun timbul lagi saat anda kembali ke tempat tidur? Mungkin anda menderita sindrom kaki gelisah atau yang lebih dikenal sebagai Restless Leg Syndrome (RLS).

WAJIB DIBACA: Buat Yang Mengalami KAKI GELISAH Saat Malam Hari Sebelum Tidur

RLS adalah suatu kondisi sensorimotor yang sering dikaitkan dengan gangguan tidur pada pasien, di mana timbul perasaan yang sangat tidak nyaman pada kedua tungkai. Biasanya terjadi saat duduk atau berbaring. Perasaan ini menyebabkan penderita selalu ingin berdiri dan berjalan, karena ketika melalukan aktivitas tersebut, perasaan tidak nyaman akan hilang.

RLS sebenarnya sering terjadi, namun biasanya penderita menganggap hal ini sebagai hal yang wajar dan tidak perlu berobat ke dokter. Data statistik dunia menunjukkan RLS diderita oleh 5-10% orang dewasa di Eropa. Di Amerika Serikat, diperkirakan sindrom ini menyerang lebih kurang 10 juta orang dewasa serta 1,5 juta remaja dan anak-anak. Dari seluruh penderita hanya sepertiga saja yang akhirnya mencari pertolongan medis.

Di Indonesia, data statistik belum tersedia untuk kasus RLS, karena pasien jarang berobat ke dokter untuk kondisi seperti di atas. Kebanyakan pasien menganggap hal tersebut sebagai kram otot biasa atau nyeri kaki pada orang tua yang wajar dialami. Kebanyakan penderita baru akan berobat bila kondisi di atas sudah sangat mengganggu tidur, sehingga aktivitas di siang hari menjadi terganggu oleh rasa kantuk.

Gejala

Restless leg syndrome disebut juga sindrom Ekbom. Sindrom ini ditandai dengan adanya dorongan yang kuat untuk memindah-mindahkan kaki dengan cepat ketika mau jatuh tidur. Gerakan-gerakan kaki sering bersamaan dengan apnea tidur. Penderita sering mengeluh karena adanya rasa sakit atau kebas yang menjalar. Kadang-kadang ada sensasi seperti semut atau cacing menjalar di tungkai. Pada sebagian penderita, RLS hanyalah suatu gangguan ringan yang gejalanya muncul sesekali. Namun ada kalanya gangguan ini bisa menjadi jauh lebih serius, yang menyebabkan insomnia kronis, sehingga mengakibatkan kelelahan yang hebat di siang hari dan sangat mengganggu kegiatan sehari-hari.

Salah satu kendala untuk mengenali gangguan ini adalah bahwa tidak bisa dilakukannya pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah seseorang menderita RLS. Gangguan ini hanya dapat diidentifikasi dari gejala-gejalanya. Untuk mendiagnosis RLS biasanya seorang dokter menggunakan sekitar empat kriteria diagnosis, yang ditanyakan dalam anamnesis oleh seorang dokter. Keempat kriteria tersebut antara lain:

a. Keinginan yang sangat untuk menggerakkan kaki, bisanya diikuti atau disebabkan oleh sensasi yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan pada kaki.

b. Sensasi tersebut biasanya terjadi atau menjadi lebih parah pada waktu istirahat atau tidak beraktivitas seperti berbaring atau duduk.

c. Sensasi yang dialami dapat membaik dengan pergerakan, seperti berjalan atau melakukan perenggangan tubuh, sekurang-kurangnya selama aktivitas dilakukan.

d. Semua keluhan tersebut terjadi dengan mengikuti irama sikardian, yakni memburuk pada waktu malam hari daripada waktu siang hari atau justru hanya terjadi pada waktu malam hari.

Penyebab

Penyebab pasti dari gangguan RLS ini tidak diketahui. Ada dugaan keterlibatan sistem dopaminergik (abnormalitas reseptor D3) di jaras mesolimbik, dengan beberapa modulasi sistem opioid. Patofisiologinya juga dapat mencakup gangguan sistem vaskular atau sistem saraf perifer dan sentral.

Pada kebanyakan penderita, penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, RLS telah dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu. Misalnya, RLS bersifat menurun, diwariskan dari orang-tua kepada anak-anak mereka. Beberapa wanita hamil mengalami gejala RLS khususnya pada bulan-bulan terakhir kehamilan. Setelah melahirkan, gangguan ini biasanya hilang. Kadang-kadang, gangguan medis, seperti kurangnya zat besi atau vitamin tertentu, dapat memicu RLS.

Penyakit kronik seperti gagal ginjal, diabetes, anemia kronik, dan gangguan saraf perifer juga sering dihubungkan dengan RLS. Anemia besi adalah penyebab yang perlu diperiksa pada RLS karena sering menjadi penyebab yang mendasari penyakit. Besi merupakan kofaktor bagi enzim sintesis (hidroksilase tirosin) dan terlibat pada beberapa reseptor dopaminergik. Restless Leg Syndrome dapat pula diinduksi oleh obat-obatan seperti obat kejiwaan (neuroleptik, antidepresan, lithium), diuretik, maupun golongan narkotik. Minuman yang berkadar kafein tinggi juga sering menyebabkan RLS.

Penatalaksanaan

Hingga saat ini belum ada terapi definitif untuk RLS. Golongan obat tidur benzodiazepin (clonazepam) dan temazepam dapat mengurangi frekuensi terbangun tetapi kurang bermanfaat terhadap gerakan-gerakan kaki. Selain itu, obat ini dapat menyebabkan sedasi (rasa kantuk) di siang hari. Obat-obat seperti opioid, dan levodopa, serta carbamazepine pada beberapa kasus juga cukup bermanfaat.

Dalam mengobati RLS, seorang dokter biasanya akan terlebih dahulu mencari dan melakukan terapi terhadap penyakit dasar bila ada. Bagi yang menderita kekurangan zat besi atau vitamin, tambahan makanan yang kaya zat besi atau vitamin B12 dalam menu makanan harian mungkin dapat mengatasi gejala RLS.

Sering sekali penderita RLS dapat sembuh dengan hanya modifikasi gaya hidup. Bagi beberapa penderita misalnya, mengurangi konsumsi kafein dapat meringankan atau malah meniadakan gejala RLS yang dialaminya.

Kopi, teh, cokelat, dan beberapa minuman berkarbonasi mengandung kafein. Mengurangi konsumsi minuman seperti ini sangat dianjurkan bagi penderita RLS. Terlalu sering mengkonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan lamanya atau intensitas gejala RLS.

Tidak ada batasan untuk penderita RLS dalam melakukan olahraga, karena RLS bukan disebabkan oleh kram otot. Olahraga yang teratur akan membuat kita tidur lebih nyenyak di malam harinya. Namun tidak dianjurkan melakukan olahraga berat seperti angkat beban apalagi dalam waktu enam jam sebelum Anda pergi tidur di malam hari karena justru dapat berdampak sebaliknya. Olahraga aerobik seperti jogging ringan, bersepeda santai, dan berenang sebaliknya sering dianjurkan pada penderita. Beberapa penderita RLS mendapati bahwa gerak badan ringan beberapa saat sebelum tidur dapat membantu mereka tidur nyenyak.

Ketika gejala RLS menyerang, jangan menahan dorongan untuk bergerak. Sebaiknya anda bangun dan berjalan-jalan sebentar di sekitar tempat tidur, biasanya hal ini akan mengurangi gejala yang anda alami. Jika keluhan terus berlangsung dan sangat mengganggu tidur dan aktivitas anda, sangat dianjurkan untuk mengonsultasikan keluhan anda dengan seorang dokter.

Oleh: dr Yoser Thamtono