JANGAN SEMBARANGAN Konsumsi ES BATU, Ini BAHAYA nya...

Bayangkan air asal sungai yang kemudian diolah menjadi es batu dengan campuran bahan kimia berbahaya. Es batu itu kemudian masuk ke dalam tubuh. Mungkin efeknya tidak langsung dirasakan tetapi sebaiknya kebiasaan ini dikurangi. Tetapi jika anda penggemar minuman dingin tentu ingin minuman yang bersih dari bakteri jahat. Berikut tips untuk mengenali apakah es batu yang Anda beli aman dan berkualitas baik.

Bahaya Es Batu Palsu

Warna air dari es batu yang sudah dicairkan
Untuk mengetesnya, beli es batu dan biarkan mencair dengan sendirinya. Jangan campurkan dulu dengan minuman. Jika air dari es batu berwarna keruh atau butek, apalagi ada sesuatu yang mengambang, curigai bahwa es batu bukan berasal dari air yang layak konsumsi.

Bau
Bau mungkin indikator yang paling mudah untuk mengecek, apakah air yang digunakan untuk membuat es batu tersebut aman atau tidak. Penggerebakan yang dilakukan pihak kepolisian terhadap pabrik pembuatan es batu di Jakarta Timur menemukan, untuk membersihkan air bahan baku es batu, salah satunya menggunakan bahan kimia yaitu kaporit. Jadi bisa dikenali dari baunya, karena kaporit memiliki bau yang cukup khas.

Harga
Harga es batu dalam bentuk balokan atau dikenal sebagai es balok, cenderung lebih murah. Harga yang murah inilah seharusnya menjadi kecurigaan paling awal sebelum mengonsumsi es balok sebagai campuran minuman.

---------------------
Lebih Lengkap...
Saat mengalami dahaga, kesegaran dalam minuman menjadi hal yang sangat dicari oleh masyarakat kebanyakan. Mengkonsumsi minuman dingin setelah dicampur es batu menjadi kebiasaan yang sulit dihindari dewasa ini. Apalagi jika menikmatinya di saat cuaca panas, mengingat cuaca siang hari yang seringkali terik. Rasa dahaga langsung hilang berbarengan dengan air dingin yang membasahi tenggorokan. Tetapi, adakah yang tahu bagaimana proses pembuatan es batu yang biasa kita konsumsi? Dari manakah asal es batu tersebut? Apakah bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan es batu tersebut? Serta bahaya apa yang ditimbulkan bila kita campurkan ke minuman, lalu kita minum?

Es batu merupakan pelengkap minuman yang sering kali dikonsumsi masyarakat, baik di restoran besar maupun tempat makan di pinggir jalan. Pada umumnya terdapat dua jenis es batu yang beredar di kalangan masyarakat, yaitu es batu yang diperuntukkan untuk konsumsi dan es batu yang hanya dipergunakan sebagai komponen pendingin. Es batu yang digunakan sebagai komponen pendingin sejatinya dibuat dengan menggunakan bahan baku air sumur ataupun air PDAM. Es batu tersebut dibuat dengan menggunakan bahan campuran berupa garam yang berfungsi sebagai mediator pendingin dengan kadar ± 19 % agar tidak terjadi endapan pada bak pendingin yang memiliki titik beku lebih rendah dibanding dengan air murni yang ada di dalam ice can. Bahan lain yang digunakan adalah NH3 atau amoniak, berfungsi sebagai pendingin karena amoniak memiliki titik didih yang sangat rendah yaitu sekitar -28oF.

Adapun proses pembuatan es balok itu sendiri terdiri dari berbagai tahapan dan dapat diuraikan sebagai penjelasan berikut :

Tahap I (Proses Pengisian)

Ice can (cetakan es) diisi dengan air murni dengan menggunakan filling tank (tangki pengisian air) sebagai bahan baku utama pembuatan es. Ice can yang digunakan terbuat dari plat 1.8 mm dengan lapisan anti karat galvanis, dan dilengkapi dengan frame isi 10 unit cetakan dengan masing-masing cetakan mempunyai berat 50 kg. Filling tank dilengkapi dengan katup dan level control sehingga pengisian air dapat dikontrol sesuai dengan kapasitas tangki.

Tahap II (Proses Pengangkatan)

Setelah proses pengisian selesai, ice can kemudian diangkat oleh pengangkat dan diletakkan kedalam brine tank (bak pendingin) yaitu dengan memasang ice can pada rei (alat bantu untuk mempermudah proses penempatan) yang terdapat pada bagian atas brine tank.

Tahan III (Proses Pendinginan)

Ice can kemudian dicelupkan dalam brine tank sampai level air di dalam ice can sejajar dengan level brine tank (tangki proses). Brine berfungsi sebagai refrigerant untuk mengambil kalor dari air sehingga air menjadi dingin dan lama-kelamaan akan membeku (menjadi es). Proses pendinginan memakan waktu kurang lebih 24 jam agar es balok yang dihasilkan nantinya benar-benar terbentuk. Pada brine tank juga dilengkapi dengan brine agitator (pengaduk air garam) agar larutan garam yang dihasilkan lebih merata dan brine tidak menjadi gel/bubur yang disebabkan karena temperatur terlalu dingin.

Tahap IV (Proses Perendaman)

Apabila es balok sudah terbentuk (membeku) proses selanjutnya adalah pengangkatan ice can dari brine tank untuk direndam di air normal pada dip tank (Tangki pelepas es). Hal ini bertujuan agar sisi es balok terluar mencair, agar es balok tersebut mudah terlepas dari ice can.

Tahap VI (Proses Pelepasan)

Setelah sisi es balok terluar mencair, maka ice can diangkat dengan menggunakan rei kemudian mengeluarkan es balok dari cetakan dan siap dikirim ke tempat penyortiran dengan cara diluncurkan menggunakan can dumper (peluncur es).

Tahap VI (Proses Penyortiran)

Es balok yang sudah terlepas dari ice can tadi disortir untuk memperoleh es balok yang layak untuk dijual ke konsumen.

Proses pembuatan balok es batu di atas hanya diperuntukkan sebagai komponen pendingin, diantaranya bahan makanan mentah (seperti ikan, ayam, sayur, buah, dll.), makanan dan minuman berkemasan, ataupun keperluan lain selain untuk konsumsi secara langsung. Namun sayangnya, saat ini bukan rahasia umum lagi bahwa balok es batu tersebut sangat luas dipergunakan sebagai bahan pencampur makanan atau yang lebih sering adalah pencampur minuman secara langsung untuk dikonsumsi.

Fenomena ini sangatlah memprihatinkan, karena telah diketahui bahwa pembuatan es batu tersebut tidak menggunakan prosedur standar yang diharuskan untuk memproduksi barang konsumsi pangan. Hal ini menjadi teranulir di kalangan masyarakat karena penggunaan es batu sebagai komponen penyegar pada minuman menjadi sangat wajib hukumnya di restoran maupun di toko kaki lima di daerah Indonesia yang beriklim tropis, khususnya Jakarta yang terbilang sangat panas. Penggunaan balok es batu tersebut semakin meluas karena sampai saat ini sangat jarang bahkan hampir tidak ada produsen yang memproduksi es batu yang bersifat food grade di Jakarta. Permasalahan yang dialami tak lain adalah biaya produksi es batu food grade tersebut tak sesuai dengan income yang didapat untuk harga Rp 6.000,- sampai Rp 7.000,- per balok.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Jasmine Roberts, mahasiswi University of South Florida mengungkapkan bahwa 70% es batu yang dipergunakan di restoran dan toko penjual minuman mengandung bakteri-bakteri berbahaya yang lebih banyak dibandingkan air toilet. Laporan investigasi dan penelitian lain yang dilakukan oleh salah satu stasiun TV swasta melaporkan bahwa es batu yang dikonsumsi oleh masyarakat Jakarta mengandung bakteri Escherichia coli yang jauh di atas batas normal, yaitu sekitar 10.000 – 20.000 per mL. Sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Teknologi Pangan IPB menunjukkan, es balok yang diambil di sekitar kampus IPB Darmaga, Bogor, 10% di antaranya mengandung bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang juga teridentifikasi pada saat pengujian adalah Enterobacter sp., Enterobacter cloacea, Pseudomonas sp., Citrobacter dan Klebsiella. Namun, dari semua bakteri tersebut, keberadaan bakteri E.coli yang patut diwaspadai.

Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di dalam usus manusia. Keberadaannya di luar tubuh menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan E. coli dalam minuman dan makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal menemukan bahwa orang yang mengonsumsi air yang tercemar E. coli memiliki peningkatan risiko terkena tekanan darah tinggi, masalah ginjal dan juga penyakit jantung di kemudian hari. Tim peneliti dari Lawson Health Research Institute dan The University of Western Ontario menilai risiko untuk tekanan darah tinggi, gangguan ginjal dan juga penyakit kardiovaskular terjadi dalam waktu 8 tahun sejak mengalami gastroenteritis (masalah pencernaan) dari air minum yang tercemar bakteri ini.

Menanggapi krusialnya masalah ini, pada kutipan Majalah Gatra edisi Agustus 2011, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Jambi, Jambi Warasdi telah melayangkan himbauan pada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik yang berkedudukan di Jambi dan BPOM Nasional agar mengawasi proses produksi pabrik es batu dan wilayah penyebarannya untuk menghindari penggunaan air mentah untuk es batu konsumsi dan mencegah penggunaan balok es batu yang digunakan untuk media pendingin agar tidak disalahgunakan untuk keperluan konsumsi.

Sebetulnya, bakteri akan mati bila dipanaskan pada suhu 100oC. Karenanya, air yang akan dipakai untuk membuat es sebaiknya direbus dulu hingga mendidih. Teknik lain untuk mematikan bakteri adalah dengan dibekukan hingga 0oC. Namun, tak semua bakteri mati dalam suhu tersebut sehingga tak heran jika sebagian bakteri pada es balok masih mampu bertahan. Lalu saat es tersebut mencair dalam suhu ruang, bakteri yang ada akan kembali berkembang biak.

Selain itu, kita hendaknya juga memerhatikan mata rantai es balok dari produsen hingga ke konsumen. Umumnya, es balok dibawa tanpa kemasan yang baik, hanya menggunakan karung goni atau malah tidak dikemas sama sekali. Sangat mungkin selama melalui mata rantai dari produsen ke konsumen, es itu tercemar bakteri E. coli. Amati pula, banyak restoran atau pedagang minuman menyimpan es baloknya di depot kayu atau seng di pinggir jalan. Kebersihannya tentu tak terjamin. Untuk amannya, sebaiknya pastikan dulu asal es yang akan dikonsumsi. Bila berasal dari air yang layak dikonsumsi dan penyimpanannya terjaga, berarti es tersebut aman. Jika tidak yakin, pilih saja minuman dalam kemasan yang telah didinginkan tanpa perlu dicampur dengan es batu.

Untuk itu lebih baik kita memperbanyak konsumsi air putih yang tidak dicampur dengan es batu apabila kita merasa kehausan. Karena air putih merupakan salah satu hal yang baik bagi kesehatan. Apabila ingin mengkonsumsi minuman dingin atau dengan es batu lebih baik kita membuat es batu sendiri dengan menggunakan air yang sudah masak sehingga lebih baik bagi kesehatan tubuh kita.

Kiat lain yang dapat diterapkan dalam menghindari es batu berbakteri adalah dengan mampu membedakan es batu yang terbuat dari air matang dan air mentah. Es dari air mentah berwarna putih karena masih banyak gas yang terperangkap di dalamnya. Biasanya, es yang dibuat dari air mentah adalah es balok. Es ini jelas-jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air sungai yang tercemar. Sedangkan es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.

Sumber : WOL - shintaleon.wordpress.com